Mengenal Bintang Pleiades Yang Ada Di Sistem Tata Surya

Mengenal Bintang Pleiades Yang Ada Di Sistem Tata Surya – Pleiades( atauˈpliːədiːz atau, atauˈplaɪədiːz atau), pula diketahui selaku Seven Sisters serta Messier 45, merupakan gabungan bintang terbuka yang bermuatan bintang jenis B panas separuh berumur di barat laut bentuk Taurus. Ini merupakan salah satu gabungan bintang yang sangat dekat dengan Alam, itu merupakan subjek Messier terdekat ke Alam, serta ialah gabungan yang sangat nyata nampak dengan mata bugil di langit malam. – diodati.org

Mengenal Bintang Pleiades Yang Ada Di Sistem Tata Surya

Gabungan ini didominasi oleh bintang biru panas serta bercahaya yang sudah tercipta dalam 100 juta tahun terakhir. Nebula pantulan di dekat bintang sangat jelas sempat dikira selaku sisa modul dari pembentukannya, namun saat ini dikira selaku awan abu yang tidak terpaut di biasa antarbintang yang dilewati bintang dikala ini.

Imitasi pc sudah membuktikan kalau Pleiades bisa jadi tercipta dari bentuk akur yang menyamai Nebula Orion. Para astronom berspekulasi kalau cluster hendak bertahan dekat 250 juta tahun lagi, sehabis itu hendak menabur sebab interaksi gaya tarik bumi dengan area bima sakti. Bersama dengan gabungan bintang terbuka Hyades, Pleiades membuat Gapura Kencana Ekliptika.

Asal nama

Julukan Pleiades berawal dari bahasa Yunani Kuno,Πλειάδες. Ini bisa jadi berawal dari plein(” melaut”) sebab berartinya cluster dalam menghalangi masa melaut di Laut Mediterania:” masa pelayaran diawali dengan menaiknya heliacal mereka”. Tetapi, dalam mitologi julukan itu dipakai buat Pleiades, 7 kerabat wanita ilahi, julukan yang kabarnya berawal dari bunda mereka Pleione serta dengan cara efisien berarti” gadis Pleione”. Pada faktanya, julukan gabungan bintang nyaris tentu timbul lebih dahulu, serta Pleione dilahirkan buat menjelaskannya.

Narasi orang serta mitologi

Pleiades merupakan panorama alam yang muncul di masa dingin di bagian alam utara, serta gampang nampak sampai medio lintang selatan. Mereka sudah diketahui semenjak zaman dulu sampai adat di semua bumi, tercantum Celtic( yang memanggil mereka Tŵr Tewdws), Hawaii( yang memanggil mereka Makaliʻi), Māori( yang memanggil mereka Matariki), Aborigin Australia( dari sebagian adat- istiadat), Persia, dari mana dalam bahasa Hindi serta Urdu( yang mengatakan merekaپروین Parvīn ataupunپروی Parvī), orang Arab( yang mengatakan merekaالثريا al- Thurayya), orang Tiongkok( yang mengatakan mereka昴 mǎo), Quechua, Jepang( yang memanggil mereka昴 atauスバル Subaru), Maya, Aztec, Sioux, Kiowa, serta Cherokee. Dalam agama Hindu, Pleiades diketahui selaku Krittika serta diasosiasikan dengan dewa perang Kartikeya. Mereka pula dituturkan 3 kali dalam Alkitab.

Deskripsi Pleiades yang sangat dini dikenal mungkin merupakan artefak Era Perunggu Jerman Utara yang diketahui selaku cakram langit Nebra, bertanggal dekat 1600 SM. Brosur bintang Babilonia melabeli Pleiades MULMUL(??), yang berarti” bintang”( dengan cara literal” bintang bintang”), serta mereka mengetuai catatan bintang di sejauh ekliptika, memantulkan kenyataan kalau mereka dekat dengan titik ekuinoks masa semi di dekat Era ke- 23 SM.

Orang Mesir Kuno bisa jadi sudah memakai julukan” Pengikut” serta” Ennead” dalam bacaan diagnosis Penanggalan Hari Keberhasilan serta Keberhasilan papirus Kairo 86637. Sebagian astronom Yunani menganggapnya selaku bentuk yang berlainan, serta dituturkan oleh Hesiods Works and Days, Homers Iliad and Odyssey, serta Geoponica. Sebagian malim Islam beranggapan kalau Pleiades( ath- thurayya) merupakan” bintang” yang dituturkan dalam Sura An- Najm(” Bintang”) dari Quran.

Subaru

Di Jepang, kelompok ini diucap dengan julukan Mutsuraboshi(” 6 bintang”) di Kojiki era ke- 8. Cluster itu saat ini diketahui di Jepang selaku Subaru. Itu diseleksi selaku julukan Teleskop Subaru yang ialah teleskop favorit 8, 2 m( 320 in) dari National Astronomical Observatory of Japan. Itu terdapat di Mauna Kea Observatory di pulau Hawaii. Beliau mempunyai kaca penting monolitik terbanyak di bumi dari komisioningnya pada tahun 1998 sampai 2005.

Itu diseleksi selaku julukan merk mobil Subaru buat memantulkan asal- usul industri selaku bergabungnya 5 industri, serta ditafsirkan dalam logo bintang 6 industri.

Asal usul pengamatan

Galileo Galilei merupakan astronom awal yang memandang Pleiades lewat teleskop. Dengan begitu, ia menciptakan kalau gabungan itu bermuatan banyak bintang yang sangat gelap buat diamati dengan mata bugil. Ia menerbitkan pengamatannya, tercantum coretan Pleiades yang membuktikan 36 bintang, dalam risalahnya Sidereus Nuncius pada Maret 1610.

Pleiades sudah lama diketahui selaku golongan bintang yang berkaitan dengan cara raga dari mungkin harmonisasi. John Michell membagi pada tahun 1767 kalau mungkin keserasian bertepatan dari sedemikian itu banyak bintang jelas cuma 1 dalam 500. 000, serta dengan begitu beranggapan kalau Pleiades serta banyak gabungan bintang yang lain tentu terpaut dengan cara raga. Kala riset awal kali dicoba mengenai aksi yang pas dari bintang- bintang, ditemui kalau mereka seluruh beranjak ke arah yang serupa melewati langit, pada tingkatan yang serupa, berikutnya membuktikan kalau mereka silih berkaitan.

Charles Messier mengukur posisi cluster serta memasukkannya selaku M45 dalam brosur subjek semacam bintang berasap, yang diterbitkan pada tahun 1771. Bersama dengan Orion Nebula serta cluster Praesepe, pelibatan Pleiades oleh Messier sudah dicatat selaku perihal yang abnormal, sebab beberapa besar dari Subjek Messier jauh lebih gelap serta lebih gampang dikacaukan dengan bintang berasap— suatu yang kelihatannya nyaris tidak bisa jadi dicoba oleh Pleiades.

Salah satu kemungkinannya merupakan kalau Messier cuma mau mempunyai brosur yang lebih besar dari saingan ilmiahnya Lacaille, yang brosur tahun 1755 bermuatan 42 subjek, jadi ia meningkatkan sebagian subjek populer serta brilian buat tingkatkan daftarnya. Edme- Sébastien Jeaurat setelah itu melukis pada 1782 denah 64 bintang Pleiades dari pengamatannya pada 1779, yang diterbitkan pada 1786.

Jarak

Jarak ke Pleiades bisa dipakai selaku kunci tahap awal buat mengkalibrasi tangga jarak kosmik. Sebab cluster itu relatif dekat dengan Alam, jaraknya sepatutnya relatif gampang diukur serta sudah diperkirakan dengan banyak tata cara. Wawasan yang cermat mengenai jarak membolehkan para astronom buat memplot bagan Hertzsprung- Russell buat cluster, yang, bila dibanding dengan bagan buat cluster yang jaraknya tidak dikenal, membolehkan jarak mereka diperkirakan.

Tata cara lain setelah itu bisa meluaskan rasio jarak dari cluster terbuka ke bima sakti serta cluster bima sakti, serta tangga jarak kosmik bisa dibentuk. Pada kesimpulannya, uraian para astronom mengenai umur serta kemajuan alam sarwa di era depan dipengaruhi oleh wawasan mereka mengenai jarak ke Pleiades.

Tetapi sebagian pengarang beranggapan kalau polemik hal jarak ke Pleiades yang diulas di dasar ini merupakan ikan jebakan merah, sebab tangga jarak kosmik bisa( dikala ini) tergantung pada susunan cluster terdekat yang lain di mana ada konsensus hal jarak yang diresmikan oleh satelit Hipparcos serta metode bebas( misalnya, cluster Hyades, Coma Berenices, dan lain- lain.).

Baca Juga : Astrologi merupakan ilmu imajiner

Pengukuran jarak sudah memunculkan banyak polemik. Hasil saat sebelum peresmian satelit Hipparcos biasanya menciptakan kalau Pleiades berjarak dekat 135 parsec( komputer) dari Alam. Informasi dari Hipparcos menghasilkan hasil yang mencengangkan, ialah jarak yang cuma 118 komputer dengan mengukur paralaks bintang di cluster— sesuatu metode yang sepatutnya membagikan hasil yang sangat langsung serta cermat. Setelah itu profesi dengan cara tidak berubah- ubah melaporkan kalau pengukuran jarak Hipparcos buat Pleiades salah.

Dengan cara spesial, jarak yang diturunkan ke cluster lewat Teleskop Luar Angkasa Hubble serta pemasangan bagan magnitudo warna inframerah( diucap” paralaks spektroskopi”) mensupport jarak antara 135 serta 140 komputer;

jarak energik dari interferometri optik observasi dari Denah dobel Pleiad mensupport jarak 133 sampai 137 komputer. Tetapi, pengarang brosur 2007- 2009 dari perbaikan parallax Hipparcos menerangkan kembali kalau jarak ke Pleiades merupakan~ 120 komputer serta menantang fakta yang tidak sepakat.

Baru- baru ini, Francis serta Anderson menganjurkan kalau dampak analitis pada kekeliruan paralaks Hipparcos buat bintang dalam kalkulasi bias cluster memakai mean tertimbang serta membagikan jarak paralaks Hipparcos 126 komputer serta jarak fotometrik 132 komputer bersumber pada bintang di AB Doradus, Tucana- Horologium, serta Beta Pictoris, yang seluruhnya mempunyai umur serta aransemen yang serupa dengan Pleiades.

Para pengarang itu menulis kalau perbandingan antara hasil ini bisa berhubungan dengan kekeliruan random. Hasil yang lebih terkini memakai interferometri garis dasar amat jauh( VLBI)( Agustus 2014) serta pemecahan dini memakai Gaia Informasi Release 1( September 2016) serta Gaia Informasi Release 2( Agustus 2018), memastikan jarak 136, 2± 1, 2 komputer, 134± 6 komputer serta 136. 2± 5. 0 komputer, tiap- tiap. Regu Gaia Informasi Release 1 berjaga- jaga mengenai hasil mereka serta pengarang VLBI menerangkan” kalau jarak yang diukur Hipparcos ke cluster Pleiades salah”.

Compositio

Radius inti cluster dekat 8 tahun sinar serta radius pasang mundur dekat 43 tahun sinar. Gabungan ini bermuatan lebih dari 1. 000 badan yang dikonfirmasi dengan cara statistik, nilai yang dikecualikan jumlah bintang biner lebih lanjut yang bisa jadi belum teratasi. Cahayanya didominasi oleh bintang belia biru panas, sampai 14 di antara lain bisa diamati dengan mata bugil terkait pada situasi observasi setempat serta intensitas visual pengamat. Lapisan bintang sangat jelas kira- kira mendekati dengan Ursa Major serta Ursa Minor. Massa keseluruhan yang tercantum dalam gabungan itu diperkirakan dekat 800 massa mentari serta didominasi oleh bintang yang lebih gelap serta lebih merah.

Cluster bermuatan banyak katai coklat, yang ialah subjek dengan massa kurang dari 8% massa Mentari, tidak lumayan berat buat mengawali respon fusi nuklir di intinya serta jadi bintang yang sesungguhnya. Mereka bisa jadi ialah sampai 25% dari keseluruhan populasi cluster, walaupun mereka berkontribusi kurang dari 2% dari keseluruhan massa. Para astronom sudah berupaya keras buat menciptakan serta menganalisa katai coklat di Pleiades serta golongan belia yang lain, sebab mereka sedang relatif terang serta bisa dicermati, sebaliknya katai coklat dalam golongan yang lebih berumur sudah memudar serta jauh lebih susah buat dipelajari.

Bintang sangat terang

9 bintang sangat jelas dari Pleiades diberi julukan buat 7 Biarawati dari mitologi Yunani: Sterope, Merope, Electra, Maia, Taygeta, Celaeno, serta Alcyone, bersama dengan orang berumur mereka Denah serta Pleione. Selaku gadis Denah, keluarga Hyades merupakan kerabat wanita Pleiades. Julukan bahasa Inggris dari cluster itu sendiri berawal dari bahasa Yunani(Πλειάδες), walaupun etimologinya tidak tentu. Bentukan yang dianjurkan mencakup: dariπλεῖν plein,” melaut”, menghasilkan Pleiades selaku” yang melaut”; dariπλέος pleos,” full, many”; ataupun dariπελειάδες peleiades,” segerombol merpati”.

Umur serta kemajuan era depan

Umur gabungan bintang bisa diperkirakan dengan menyamakan bagan Hertzsprung– Russell buat gabungan itu dengan bentuk abstrak kemajuan bintang. Dengan memakai metode ini, umur Pleiades diperkirakan antara 75 serta 150 juta tahun. Penyebaran yang besar dalam ditaksir umur merupakan hasil dari ketidakpastian dalam bentuk kemajuan bintang, yang melingkupi faktor- faktor semacam overshoot konvektif, di mana alam konvektif dalam bintang mendobrak alam non- konvektif, alhasil umur nampak lebih besar.

Metode lain buat berspekulasi umur cluster merupakan dengan memandang barang bermassa terendah. Pada bintang antre penting wajar, litium dengan kilat sirna dalam respon fusi nuklir. Tetapi, katai coklat bisa menjaga litiumnya. Sebab temperatur penyalaan litium yang amat kecil ialah 2, 5× 106 K, katai coklat bermassa paling tinggi pada kesimpulannya hendak membakarnya, alhasil memastikan massa paling tinggi katai coklat yang sedang memiliki litium dalam gabungan bisa membagikan cerminan mengenai umurnya. Mempraktikkan metode ini pada Pleiades berikan umur dekat 115 juta tahun.

Gabungan itu lambat- laun beranjak ke arah kaki dari apa yang dikala ini diucap bentuk Orion. Semacam mayoritas cluster terbuka, Pleiades tidak hendak terikat dengan cara gaya tarik bumi selamanya. Sebagian bintang bagian hendak melating sehabis pertemuan dekat dengan bintang lain; yang lain hendak dilucuti oleh area gaya tarik bumi pasang mundur. Kalkulasi membuktikan kalau cluster hendak menginginkan durasi dekat 250 juta tahun buat membubarkan, dengan interaksi gaya tarik bumi dengan awan anasir raksasa serta tangan lilitan bima sakti kita pula memesatkan kehancurannya.

Nebulositas refleksi

Dengan teleskop pemula yang lebih besar, nebulositas di dekat sebagian bintang bisa dengan gampang diamati; paling utama dikala gambar dengan eksposur jauh didapat. Di dasar situasi observasi yang sempurna, sebagian petunjuk nebulositas di dekat cluster apalagi bisa diamati dengan teleskop kecil ataupun teropong lazim. Ini merupakan nebula refleksi, yang diakibatkan oleh abu yang membalikkan sinar biru dari bintang belia yang panas.

Dulu diperkirakan kalau abu yang tertinggal dari pembuatan cluster, namun pada umur dekat 100 juta tahun yang diperoleh dengan cara biasa buat cluster, nyaris seluruh abu yang awal terdapat hendak terhambur oleh titik berat radiasi. Kebalikannya, kelihatannya cluster itu cuma melampaui area yang amat berdebu di biasa antarbintang.

Riset membuktikan kalau abu yang bertanggung jawab atas nebulositas tidak terdistribusi dengan cara sebentuk, namun terfokus paling utama dalam 2 susunan di sejauh garis penglihatan ke cluster. Lapisan- lapisan ini bisa jadi tercipta oleh perlambatan dampak titik berat radiasi dikala abu beranjak mengarah bintang- bintang.

Mitologi serta Signifikansinya dalam Adat Jawa

Pleiades dalam Mitologi Jawa

Sebab sedemikian itu jelas serta indahnya Pleiades, asterism ini amat diketahui di bermacam arah bumi. Di Nusantara, sebagian wilayah mempunyai cerita mereka sendiri mengenai Pleiades. Tetapi kali ini kita hendak fokus pada adat Jawa.

Dalam adat Jawa, Pleiades kerap kali berhubungan dengan cerita Bujang Tarub serta 7 Dewi. Walaupun aku belum menciptakan kesusastraan yang membuktikan ikatan langsung cerita ini dengan Pleiades, tetapi cerita itu senantiasa melampiri ulasan hal Pleiades. Untuk kita yang bermukim di Jawa ataupun dibesarkan dalam adat Jawa pastinya cerita ini telah tidak asing lagi. Cerita ini telah sempat difilmkan serta apalagi sebagian kali diparodikan dalam bermacam kegiatan tv semacam Extravaganza. Tetapi untuk para pembaca yang belum sempat mengikuti cerita itu, selanjutnya ini merupakan ijmal ceritanya.

Cerita terdapat seseorang anak muda di pulau Jawa yang bernama Bujang Tarub. Sesuatu hari Bujang Tarub berangkat mencari ke hutan. Dalam ekspedisi itu, ia datang di suatu telaga serta tidak terencana menciptakan kalau di telaga itu ada 7 orang dewi dari langit yang lagi mandi. Sebab terpukau oleh kecantikan bidadari- bidadari itu, Bujang Tarub mencuri syal sampur salah satu dari 7 dewi itu serta kembali ke tempat persembunyiannya, menunggu.

Kala datang waktunya para dewi itu buat kembali ke Kahyangan, salah satu dari mereka tidak bisa menciptakan selendangnya. Nawangwulan, begitu julukan dewi itu, tidak bisa melambung kembali ke Kahyangan tanpa selendangnya. Kesimpulannya saudara- saudaranya terdesak meninggalkan Nawangwulan di alam. Nawangwulan cuma dapat meratap.

Memandang peluang kencana ini, Bujang Tarub pergi dari persembunyiannya serta melaporkan niatnya buat menolong. Pendek narasi, Bujang Tarub serta Nawangwulan kesimpulannya menikah. Saat sebelum menikah, Nawangwulan mengajukan ketentuan: Bujang Tarub tidak bisa mengintipnya kala ia melaksanakan profesi rumah tangga, serta tidak bisa menanya sedikitpun hal perihal itu. Sebab cintanya pada Nawangwulan, Bujang Tarub bersedia dan menerima. Dari perkawinan itu lahirlah seseorang anak wanita bernama Nawangsih.

Walaupun sudah berkomitmen, Bujang Tarub penasaran hendak gimana Nawangwulan melaksanakan profesi rumah tangga, paling utama memasak nasi. Alasannya, beras di lumbung tidak sempat menurun, bahkan

senantiasa meningkat tiap kali habis panen. Kala beliau tidak sanggup lagi membatasi rasa mau tahunya, beliau membuka penanak nasi kala Nawangwulan terkini saja memasak nasi. Dari sana diketahuinya kalau Nawangwulan cuma menginginkan satu biji beras buat memasak nasi keinginan hari itu. Sebab kedapatan, hilanglah daya abnormal Nawangwulan selaku dewi.

Semenjak dikala itu, Nawangwulan wajib memasak nasi begitu juga orang yang lain. Beras di lumbung juga terus menjadi menurun sebab dipakai. Sesuatu hari, kala gundukan beras di lumbung lumayan kecil, Nawangwulan menciptakan kembali selendangnya.

Beliau mengetahui kalau sepanjang ini Bujang Tarub sudah dengan terencana merahasiakan selendangnya supaya beliau tidak dapat kembali ke Kahyangan serta Bujang Tarub bisa menikahinya! Marah, Nawangwulan meninggalkan Bujang Tarub serta gadis mereka buat kembali ke Kahyangan.

Baca Juga : Teori Organisasi dengan Tipe Komunikasi

Seluruh air mata, penyanggahan kekecewaan serta permohonan Bujang Tarub tidak dipedulikannya. Walaupun begitu, Nawangwulan berkomitmen buat kembali serta menyusui gadis mereka, serta hendak kembali lagi pada malam saat sebelum perkawinan gadis mereka itu. Kesimpulannya kembalilah Nawangwulan ke Kahyangan.

Pastinya saat ini kita dapat memandang kenapa cerita ini senantiasa berhubungan dengan Pleiades. 7 bintang dalam asterism Pleiades dikira selaku representasi dari 7 dewi dalam cerita ini. Salah satu pangkal mengatakan kalau bila salah satu bintang di asterism Pleiades tidak nampak di langit, itu berarti Nawangwulan lagi turun ke Alam buat menyusui putrinya. Kemudian apa kaitannya dengan adat Jawa? Sekali lagi, walaupun aku belum menciptakan kesusastraan yang mengatakan ikatan langsung Pleiades serta Cerita Bujang Tarub, sebagian adat- istiadat dalam adat Jawa didasarkan pada cerita ini.

Selaku memo, aku tidaklah ahil adat Jawa. Apa yang hendak aku catat selanjutnya ini merupakan pengalaman serta wawasan individu yang aku miliki kala berkembang besar di area adat Jawa yang pekat.

Dalam ritual pernikahan Jawa, malam saat sebelum seremoni perkawinan diucap selaku Malam Midodareni untuk calon mempelai gadis. Pada malam ini, para calon mempelai gadis dimohon buat tidak pergi kamar serta tidak tidur tadi malam mentok. Perihal ini disebabkan terdapatnya keyakinan kalau pada malam seperti itu Nawangwulan serta saudara- saudaranya hendak turun dari Kahyangan buat merias calon mempelai gadis begitu juga Nawangwulan tiba serta merias putrinya sendiri pada malam saat sebelum pernikahannya.

Diyakini, apabila calon mempelai gadis melaksanakan ini hingga keesokan harinya dikala seremoni perkawinan beliau hendak tampak amat menawan alhasil membuat orang pangling( bahasa Jawa“ manglingi”). Tutur“ midodareni” sendiri diyakini berawal dari tutur“ widodari” yang berarti“ dewi”.

Apakah cuma itu? Tidak pula. Kala aku sedang kecil, orang kerap mengatakan kalau jika kita memandang pelangi, itu tandanya para dewi lagi turun dari Kahyangan buat mandi di telaga terdekat. Pelangi merupakan jejak sinar kala mereka turun. Tidak membingungkan pastinya jika lukisan- lukisan mengenai cerita Bujang Tarub serta 7 Dewi kerapkali melukiskan tiap dewi menggunakan warna busana yang berlainan, ialah ketujuh warna penting pelangi.