diodati – Astrologi merupakan ilmu imajiner yang mengklaim data ilahi mengenai hal orang serta insiden terestrial dengan menekuni pergerakan serta posisi relatif barang- barang langit. Astrologi sudah berumur paling tidak milenium ke- 2 SM, serta bersumber pada sistem penanggalan yang dipakai buat memperkirakan perpindahan masa serta buat memaknakan daur langit selaku ciri komunikasi ilahi.
Astrologi merupakan ilmu imajiner
Astrologi merupakan ilmu imajiner – Banyak adat sudah memprioritaskan insiden astronomi, serta sebagian semacam Hindu, Cina, serta Maya meningkatkan sistem yang kompleks buat memperkirakan insiden terestrial dari observasi langit. Astrologi Barat, salah satu sistem astrologi tertua yang sedang dipakai, bisa ditelusuri sampai ke Mesopotamia era ke- 19- 17 SM, dari mana beliau menabur ke Yunani Kuno, Bulu halus, bumi Arab, serta kesimpulannya Eropa Tengah serta Barat. Astrologi Barat kontemporer kerap berhubungan dengan sistem horoskop yang dimaksudkan buat menarangkan pandangan karakter seorang serta memperkirakan insiden berarti dalam hidup mereka bersumber pada posisi barang langit; kebanyakan astrolog handal memercayakan sistem semacam itu.
Sejauh beberapa besar sejarahnya, astrologi dikira selaku adat- istiadat objektif serta biasa di golongan akademisi, kerap kali berhubungan akrab dengan astronomi, alkimia, meteorologi, serta medis. Itu muncul di bundaran politik serta dituturkan dalam bermacam buatan kesusastraan, dari Dante Alighieri serta Geoffrey Chaucer sampai William Shakespeare, Lope de Vega, serta Calderón de la Barca.
Sehabis akhir era ke- 19 serta mengangkat rasio besar dari tata cara objektif, para periset sudah sukses menantang astrologi pada kedua alibi teoritis serta eksperimental,
serta sudah menunjukkannya pada tidak mempunyai keabsahan objektif ataupun daya penjelas. Dengan begitu, astrologi kehabisan peran akademis serta teoretisnya, serta keyakinan biasa tentangnya beberapa besar sudah menyusut.
Etimologi
Tutur astrologi berawal dari tutur Latin dini astrologia, yang berawal dari bahasa Yunaniἀστρολογία— dariἄστρον astron(” bintang”) serta-λογία- logia,(” riset mengenai”-” cerita bintang- bintang”). Astrologia setelah itu berganti jadi khianat bintang dengan astronomia dipakai buat sebutan objektif.
Sejarah
Banyak adat sudah memprioritaskan insiden astronomi, serta orang India, Tiongkok, serta Maya meningkatkan sistem yang kompleks buat memperkirakan insiden terestrial dari observasi langit. Di Barat, astrologi sangat kerap terdiri dari sistem horoskop yang dimaksudkan buat menarangkan pandangan karakter seorang serta memperkirakan insiden era depan dalam hidup mereka bersumber pada posisi mentari, bulan, serta barang langit yang lain pada dikala kelahiran mereka. Kebanyakan pakar astrologi handal memercayakan sistem semacam itu.
Astrologi sudah berumur paling tidak milenium ke- 2 SM, dengan pangkal dalam sistem penanggalan yang dipakai buat memperkirakan perpindahan musiman serta buat memaknakan daur langit selaku ciri komunikasi ilahi. Sesuatu wujud astrologi dipraktikkan di bangsa awal Mesopotamia( 1950–1651 SM). Vedāṅga Jyotiṣa merupakan salah satu bacaan Hindu sangat dini yang dikenal mengenai astronomi serta astrologi( Jyotisha). Bacaan itu bertanggal antara 1400 SM sampai era terakhir SM oleh bermacam ahli bagi fakta astronomi serta linguistik.
Astrologi Tiongkok dielaborasi dalam Bangsa Zhou( 1046–256 SM). Astrologi Helenistik sehabis 332 SM mengombinasikan astrologi Babilonia dengan astrologi Decanic Mesir di Aleksandria, menghasilkan astrologi horoskopik. Penawanan Alexander Agung atas Asia membolehkan astrologi menabur ke Yunani Kuno serta Bulu halus. Di Bulu halus, astrologi berhubungan dengan kebijaksanaan Kasdim. Sehabis penawanan Alexandria pada era ke- 7, astrologi didapat ganti oleh para ahli Islam, serta bacaan Helenistik diterjemahkan ke dalam bahasa Arab serta Persia.
Pada era ke- 12, bacaan Arab diimpor ke Eropa serta diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Astronom penting tercantum Tycho Brahe, Johannes Kepler serta Galileo berpraktik selaku astrolog kastel. Rujukan astrologi timbul dalam kesusastraan dalam buatan penyair semacam Dante Alighieri serta Geoffrey Chaucer, serta pengarang drama semacam Christopher Marlowe serta William Shakespeare.
Sejauh beberapa besar sejarahnya, astrologi dikira selaku adat- istiadat objektif. Itu diperoleh dalam kondisi politik serta akademis, serta dihubungkan dengan riset lain, semacam astronomi, alkimia, meteorologi, serta medis. Pada akhir era ke- 17, rancangan objektif terkini dalam astronomi serta fisika( semacam heliosentrisme serta mekanika Newton) membuat astrologi dipertanyakan. Astrologi dengan begitu kehabisan peran akademis serta teoritisnya, serta keyakinan biasa pada astrologi beberapa besar sudah menyusut.
Baca Juga : 5 Fenomena Unik Yang Terjadi Di tahun 2021
Bumi kuno
Astrologi, dalam maksud besar, merupakan pencarian arti di langit. 2, 3 Fakta dini orang membuat usaha siuman buat mengukur, menulis, serta memperkirakan pergantian masa dengan merujuk pada daur astronomi, timbul selaku ciri pada tulang. serta bilik terowongan, yang membuktikan kalau daur bulan dicatat semenjak 25. 000 tahun yang kemudian.
81ff Ini merupakan tahap awal buat merekam akibat Bulan pada pasang mundur serta bengawan, serta buat menata penanggalan komunal.
Para orang tani menanggulangi keinginan pertanian dengan tingkatkan wawasan mengenai bentuk yang timbul di masa yang berlainan— serta memakai timbulnya golongan bintang khusus buat men catat banjir tahunan ataupun aktivitas musiman. Pada milenium ke- 3 SM, peradaban mempunyai pemahaman yang mutahir mengenai daur langit, serta bisa jadi mempunyai kuil yang mengarah searah dengan kebangkitan heliacal bintang- bintang.
Fakta yang terhambur membuktikan kalau rujukan astrologi tertua yang dikenal merupakan kopian bacaan yang terbuat di bumi kuno. Pil Venus dari Ammisaduqa diperkirakan disusun di Babilonia dekat tahun 1700 SM. Suatu lilitan yang mengabadikan pemakaian dini dari astrologi penentuan diragukan berawal dari rezim penguasa Sumeria Gudea dari Lagash( c. 2144- 2124 SM). Ini melukiskan gimana para dewa mengatakan kepadanya dalam mimpi bentuk yang sangat profitabel buat pembangunan suatu kuil yang direncanakan. Tetapi, terdapat polemik mengenai apakah ini betul- betul dicatat pada dikala itu ataupun cuma dikira berawal dari penguasa kuno oleh anak cucu.
Fakta tertua yang tidak terbantahkan mengenai pemakaian astrologi selaku sistem wawasan berintegrasi sebab itu berhubungan dengan memo bangsa awal Mesopotamia( 1950–1651 SM). Astrologi ini mempunyai sebagian ekualitas dengan astrologi Yunani Helenistik( barat), tercantum zodiak, titik norming mendekati 9 bagian di Mesa, pandangan trine, peninggian planet, serta dodekatemoria( 2 simpati bagian tiap- tiap 30 bagian). Orang Babilonia memandang insiden langit selaku ciri yang bisa jadi dari selaku pemicu insiden raga.
Sistem astrologi Cina dielaborasi sepanjang Bangsa Zhou( 1046–256 SM) serta bertumbuh sepanjang Bangsa Han( era ke- 2 SM sampai era ke- 2 Meter), di mana seluruh bagian adat konvensional Cina yang telah dikenal- filosofi Yin- Yang, filosofi 5 bagian, Langit serta Alam, etiket Konfusianisme- disatukan buat memformalkan prinsip- prinsip filosofis penyembuhan serta khianat Tiongkok, astrologi serta alkimia.
Keberatan kuno
Gerakan skeptisisme filosofis Helenistik mempersoalkan kerasionalan astrologi. Kritik astrologi oleh Skeptis Akademik semacam Cicero, Carneades, serta Favorinus; serta Pyrrhonists semacam Sextus Empiricus sudah diawetkan.
Carneades beranggapan kalau keyakinan pada suratan melawan kemauan leluasa serta etiket; kalau orang yang lahir pada durasi yang berlainan seluruhnya bisa mati dalam musibah ataupun pertempuran yang serupa; serta berlawanan dengan akibat sebentuk dari bintang, kaum serta adat yang seluruhnya berlainan.
Cicero melaporkan keberatan sang sebandung( kalau dengan durasi kelahiran yang dekat, hasil individu dapat amat berlainan), yang setelah itu dibesarkan oleh Santo Agustinus. Ia beranggapan kalau sebab planet lain jauh lebih jauh dari alam dari bulan, mereka cuma bisa mempunyai akibat yang amat kecil dibanding dengan bulan. Ia pula beranggapan kalau bila astrologi menarangkan seluruh suatu mengenai kodrat seorang, hingga astrologi melalaikan dampak yang nampak dari keahlian serta pola membimbing yang diwariskan, pergantian kesehatan dampak penyembuhan, ataupun akibat cuaca pada orang.
Favorinus beranggapan kalau tidak masuk ide buat memikirkan kalau bintang serta planet hendak pengaruhi badan orang dengan metode yang serupa semacam mereka pengaruhi pasang mundur, serta serupa tidak masuk ide kalau aksi kecil di langit menimbulkan pergantian besar dalam kodrat orang.
Sextus Empiricus beranggapan kalau tidak masuk ide buat mengaitkan ciri orang dengan dongeng mengenai isyarat zodiak, serta menulis semua novel, Against the Astrologers, menata alasan yang menentang astrologi.
Plotinus Neoplatonis beranggapan kalau sebab bintang senantiasa jauh lebih jauh dari planet, amat menggelitik memikirkan dampak planet pada hal orang wajib tergantung pada posisi mereka sehubungan dengan zodiak. Ia pula beranggapan kalau pemahaman ikatan bulan dengan planet merupakan bagus kala bulan badar, namun kurang baik kala bulan memudar, nyata salah, sebab dari ujung penglihatan bulan, setengah permukaannya senantiasa terserang cahaya mentari; serta dari ujung penglihatan planet, memudarnya sepatutnya lebih bagus, sebab planet ini memandang sedikit sinar dari bulan, namun kala bulan badar untuk kita, itu jadi hitam, serta sebab itu kurang baik, di bagian yang mengarah planet yang berhubungan.
Mesir Helenistik
Pada 525 SM, Mesir dikalahkan oleh Persia. Zodiak Dendera Mesir era ke- 1 SM mempunyai 2 tanda- Neraca serta Kalajengking- dengan astrologi Mesopotamia.
Dengan pendudukan Alexander Agung pada 332 SM, Mesir jadi Helenistik. Kota Alexandria dibuat oleh Alexander sehabis penawanan, jadi tempat di mana astrologi Babilonia dicampur dengan astrologi Decanic Mesir buat membuat astrologi Horoskopik.
Baca Juga : Teori Organisasi dengan Tipe Komunikasi
Ini bermuatan zodiak Babilonia dengan sistem peninggian planetnya, ciri dobel 3 serta berartinya eklips. Ini memakai rancangan Mesir buat memilah zodiak jadi 3 puluh 6 decan tiap- tiap 10 bagian, dengan pengepresan pada decan naik, serta sistem Yunani dewa planet, rezim ciri serta 4 bagian.
Bacaan era ke- 2 SM memperkirakan posisi planet dalam isyarat zodiak pada dikala timbulnya dekan khusus, spesialnya Sothis. Astrolog serta astronom Ptolemeus bermukim di Alexandria. Buatan Ptolemeus Tetrabiblos membuat dasar astrologi Barat, serta,”… menikmati nyaris daulat Alkitab di antara para pengarang astrologi seribu tahun ataupun lebih.”
Yunani serta Roma
Penawanan Asia oleh Alexander Agung membuat orang Yunani terhampar gagasan dari Syria, Babylon, Persia serta Asia Tengah. Dekat 280 SM, Berossus, seseorang pendeta Alarm dari Babilonia, alih ke pulau Kos, Yunani, membimbing astrologi serta adat Babilonia. Pada era ke- 1 SM, terdapat 2 tipe astrologi, satu memakai horoskop buat melukiskan era kemudian, saat ini, serta era depan; yang yang lain, teurgis, menekankan pada pendakian jiwa ke bintang- bintang. Akibat Yunani memainkan kedudukan berarti dalam transmisi filosofi astrologi ke Bulu halus.
Rujukan tentu awal mengenai astrologi di Bulu halus berawal dari orator Cato, yang pada 160 SM mengingatkan para pengawas pertanian supaya tidak bertanya dengan orang Kasdim, yang ditafsirkan selaku pengamat bintang Babilonia. Di antara orang Yunani serta Romawi, Babilonia( pula diketahui selaku Kasdim) jadi sedemikian itu diidentifikasikan dengan astrologi alhasil kebijaksanaan Kasdim jadi sama dengan khianat memakai planet serta bintang. Penyair serta karikatural Romawi era ke- 2, Juvenal, meringik mengenai akibat orang Kasdim yang menabur besar, dengan berkata,” Orang Khaldea sedang lebih tepercaya; tiap tutur yang diucapkan oleh ahli nujum yang mereka yakini berawal dari pangkal Hammon.”
Salah satu astrolog awal yang bawa astrologi Hermetik ke Bulu halus merupakan Thrasyllus, astrolog buat kaisar Tiberius, kaisar awal yang mempunyai astrolog kastel, walaupun pendahulunya Augustus sudah memakai astrologi buat menolong melegitimasi hak Kekaisarannya.
Bumi era pertengahan
Hindu
Bacaan penting yang melandasi astrologi India klasik merupakan kumpulan dini era medio, paling utama Bṛhat Parāśara Horāśāstra, serta Sārāvalī oleh Kalyāṇavarma. Horāshastra merupakan suatu buatan kombinasi dari 71 ayat, di mana bagian awal( ayat 1–51) berawal dari era ke- 7 sampai dini era ke- 8 serta bagian kedua( ayat 52- 71) sampai era ke- 8 selanjutnya. Sārāvalī pula bertanggal dekat 800 Kristen. Alih bahasa bahasa Inggris dari teks- teks ini diterbitkan oleh N. N. Krishna Rau serta V. B. Choudhari tiap- tiap pada tahun 1963 serta 1961.
Islam
Astrologi didapat oleh para ahli Islam[45] sehabis runtuhnya Aleksandria ke orang Arab pada era ke- 7, serta berdirinya imperium Abbasiyah pada era ke- 8. Khalifah Abbasiyah kedua, Angkatan laut(AL) Mansur( 754–775) mendirikan kota Baghdad selaku pusat penataran, serta tercantum dalam desainnya pusat penerjemahan bibliotek yang diketahui selaku Bayt al- Hikma House of Wisdom, yang bersinambung sampai menyambut kemajuan dari pakar warisnya serta membagikan desakan penting buat alih bahasa bahasa Arab- Persia dari bacaan astrologi Helenistik.
Juru bahasa dini tercantum Mashallah, yang menolong memilah durasi buat berdirinya Baghdad, serta Sahl ibn Bishr,( nama lain Zael), yang teksnya dengan cara langsung mempengaruhi pada astrolog Eropa setelah itu semacam Guido Bonatti pada era ke- 13, serta William Lilly pada era ke- 17.[47] Wawasan mengenai bacaan Arab mulai diimpor ke Eropa sepanjang alih bahasa Latin era ke- 12.
Eropa
Novel astrologi awal yang diterbitkan di Eropa merupakan Liber Planetis et Mundi Climatibus(” Novel Planet serta Area Bumi”), yang timbul antara 1010 serta 1027 Meter, serta bisa jadi sudah ditulis oleh Gerbert dari Aurillac. Era kedua Ptolemy Tetrabiblos diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Plato dari Tivoli pada tahun 1138. Teolog Dominika Thomas Aquinas menjajaki Aristoteles dalam menganjurkan kalau bintang- bintang memahami badan sublunary yang tidak sempurna, sedangkan berupaya buat mendamaikan astrologi dengan agama Kristen dengan melaporkan kalau Tuhan menata jiwa.
Pakar matematika era ketiga simpati Campanus dari Novara dibilang sudah mengonsep sistem rumah astrologi yang memilah lurus penting jadi rumah dengan busur 30° yang serupa, walaupun sistem itu dipakai tadinya di Timur. Astronom era ketiga simpati Guido Bonatti menulis suatu novel bacaan, Liber Astronomicus, kopian yang dipunyai Raja Henry VII dari Inggris pada akhir era kelima simpati.
Di Paradiso, bagian terakhir dari Divine Comedy, penyair Italia Dante Alighieri merujuk” dalam perinci yang tidak terbatas banyaknya” ke planet astrologi, walaupun beliau mengadaptasi astrologi konvensional supaya cocok dengan ujung penglihatan Kristennya, misalnya memakai pandangan astrologi di nubuatannya mengenai pembaruan Lapisan Kristen.